Inpago Unsoed 1: Varietas Padi Unggul Harapan Baru Petani

Padi gogo Aromatik Inpago Unsoed 1 telah dipatenkan Faperta Unsoed. Hak Paten untuk tanaman yang disebut hak PVT (Hak Perlindungan Tanaman) bertujuan untuk melindungi penemu (inventor) dari plagiasi, pencurian, dan pelanggaran lain yang merugikan penemu secara ekonomi.

Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto mempatenkan varietas padi gogo Aromatik Inpago Unsoed 1. Hak Paten untuk tanaman yang disebut hak PVT (Hak Perlindungan Tanaman) bertujuan untuk melindungi penemu (inventor) dari plagiasi, pencurian, dan pelanggaran lain yang merugikan penemu secara ekonomi.

Alief Einstein, Humas Program Pasca Sarjana Unsoed mengatakan, walaupun Inpago Unsoed 1 sudah dipatenkan, Unsoed sebagai pemegang hak patent tetap mengijinkan para petani untuk memproduksi benihnya tanpa petani harus membayar royalty. Bahkan Unsoed mengajari para petani untuk menangkarkan benih padi Inpago Unsoed 1 ini sampai menghasilkan benih bersertifikat.

“Ini adalah bentuk komitmen Unsoed dalam membantu memajukan pengetahuan dan keterampilan petani. Artinya, Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed 1 akan memberikan harapan baru petani, karena petani tidak harus membayar royalty”, katanya.

Salah satu kelompok tani yang telah bekerjasama dengan Unsoed adalah Gapoktan Sri Waluyo Tani, desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga. Bekerja sama dengan Tim Unit Pengelola Benih Sumber Padi Gogo Aromatik Fakultas Pertanian Unsoed yang diketuai oleh Prof Ir Totok Agung, DH, MP, PhD, Gapoktan Sri Waluyo Tani saat ini memproduksi benih bersertifikat Inpago Unsoed 1 pada musim tanam I.

Prof Totok Agung

Ketua Gapoktan Mashuri dan Ketua Kelompok Tani Makmur Sutriyo dan para petani menyampaikan sangat puas dengan performa padi Inpago Unsoed 1 di lapang. Mashuri dan para petani penangkar menyukai Inpago Unsoed 1 karena anakannya banyak dan hampir semuanya produktif, malainya panjang, dan jumlah gabah per malainya banyak.

Keistimewaan yang lain, daun benderanya yang tetap hijau meskipun kekurangan pupuk dan air, serta relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

“Daun bendera yang tidak menguning/mengering menjadikan petani yakin pengisian bijinya akan berlangsung optimal, sehingga semua bijinya bisa terisi penuh sampai ke bagian leher malai”, kata Mashuri saat sesi Diskusi Teknologi dalam rangkaian Temu Lapang Pembinaan Teknologi Produksi Benih Bersertifikat Inpago Unsoed 1 yang dilaksanakan di sekretariat Gapoktan Sri Waluyo Tani Rabu (22/2/2017).

Beberapa varietas lain yang dibudidayakan petani setempat disebutkan Mashuri banyak mengalami gangguan oleh ketersediaan hara dan hama-penyakit tanaman.

Kepala BPP Kecamatan Kemangkon Saptono, mengatakan desa Karangtengah telah menjadi Desa Mandiri Benih mulai tahun 2015, berkat pembinaan dari Unsoed.

Saptono berharap, teknologi di bidang pertanian yang ada di Unsoed dapat dikenalkan dan diaplikasikan di Kecamatan Kemangkon, juga diharapkan adanya pendampingan teknologi dari Unsoed.

Benih bersertifikat yang nantinya dihasilkan dari kerja sama pembinaan produksi benih seluas 2 (dua) hektar ini, kini telah mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar yang ingin membudidayakannnya pada musim tanam II yang merupakan musim sadon. Inpago Unsoed 1 merupakan padi gogo yang toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan wereng, sehingga sangat sesuai ditanam pada musim sadon.

Unsoed telah mendapatkan pesanan benih dari berbagai pihak untuk penanaman di sejumlah wilayah, baik di Jawa maupun luar Jawa, di antaranya Jambi, Sumatera, dan Papua.

Tim Unsoed yang terdiri dari Prof Ir Totok Agung, DH, MP, PhD, yang juga Direktur dan Dosen Program Pascasarjana Unsoed, Agus Riyanto, SP, MSi, Dyah Susanti, SP, MP, dan Siti Nurchasanah, SP, MSi dalam paparannya menyampaikan profil Inpago Unsoed 1, teknik budidaya, teknik produksi, dan sertifikasi benih serta penanganan pasca panen.

Selusi teknologi berupa varietas unggul dan produksi benih bersertifikat, disampaikan juga teknologi terintegrasi dalam menyiasati lahan marginal dan perubahan iklim global untuk meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 maupun IP 300.

Share this post